Cari Blog Ini

11 Februari 2009

MUNCULNYA ALIRAN DALAM BUDDHISME

MUNCULNYA ALIRAN DALAM BUDDHISME

Oleh; Murniati

I. LATAR BELAKANG

Setiap agama yang berkembang dalam masyarakat mempunyai ciri khas masing-masing, demikian juga dengan agama Buddha. Agama Buddha yang berkembang dalam masyarakat terdiri dari banyak aliran. Setiap aliran dalam Buddhisme mempunyai corak masing-masing. Munculnya aliran dalam Buddhisme masih simpang siur. Hal ini disebabkan karena banyak sumber yang membahas tentang munculnya aliran dalam Buddhisme. Aliran-aliran dalam Buddhisme muncul karena adanya beberapa pandangan. Beberapa sumber mengatakan bahwa munculnya aliran dalam Buddhisme dikarenakan perbedaan vinaya yang dianut oleh masing-masing aliran. Sumber lain mengatakan bahwa munculnya aliran dalam Buddhisme dikarenakan perbedaan interpretasi terhadap Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai beberapa pandangan mengenai munculnya aliran dalam Buddhisme.

II. PEMBAHASAN

Munculnya aliran dalam Buddhisme dikarenaka adanya beberapa faktor. Faktor pertama adalah adanya perbedaan penafsiran tentang Dhamma yang disampaikan oleh Sang Buddha. Penafsiran tentang Dhamma yang berbeda-beda dikarenakan bahwa pemahaman setiap orang mengenai sesuatu yang dipelajari berbeda-beda tergantung pada pemahaman individu tersebut. Faktor lain yang terdapat dalam beberapa sumber mengatakan bahwa muncul aliran dalam Buddhisme dikarenakan perbedaan tentang vinaya yang dianut oleh para Bhikkhu. Perbedaan tersebut dikarenakan Sang Buddha pernah mengatakan bahwa vinaya minor dapat diubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Kedua faktor inilah yang menyebabkan munculnya aliran dalam Buddhisme.

Beberapa pandangan mengenai munculnya aliran dalam Buddhisme diungkapkan oleh para tokoh dan aliran agama Buddha, antara lain:

· Pandangan Theravada dalam kitab Dipavamsa dan Mahavamsa

Dalam kitab Dipavamsa dan Mahavamsa menyebutkan bahwa munculnya aliran dalam Buddhisme setelah adanya konsili II, yang diadakan di Vesali pada masa pemerintahan raja Kalasoka. Perpecahan aliran tersebut dikarenakan adanya perpedaan mengenai vinaya Minor dan vinaya mayor. Hal tersebut dikarenakan suku Vajji telah melanggar vinaya, sedangkan mereka menganggap bahwa 10 hal yang mereka jalankan adalah termasuk vinaya minor sehingga mereka boleh melanggarnya.

Dalam kitab Dipavamsa dan Mahavamsa disebutkan bahwa setelah konsili II para bhikkhu yang tetap ingin mempertahankan keaslian vinaya membentuk aliran sendiri yang disebut dengan aliran Sthaviravada, sedangkan aliran yang menganggap bahwa vinaya vinor dapat diubah, membentuk aliran yang disebut dengan Mahasangika (aliran yang besar). Hal inilah yang menunjukkan bahwa aliran dalam Buddhisme muncul setelah konsili II. Kedua aliran yang dikatakan pecah setelah konsili II, kemudia pecah menjadi 18 aliran (Priastana, 1999: 18). Aliran Sthaviravada pecah menjadi 10 aliran1, sedangkan Mahasangika pecah menjadi 8 aliran2. Munculnya aliran dalam Buddhisme setelah konsili II ini masih menjadi kontroversi. Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam Cullavagga bab VII menyebutkan bahwa konflik yang terjadi dalam konsili kedua dapat terselesaikan. Jadi menurut Cullavagga bab VII setelah konsili kedua perpecahan aliran belum terjadi.

· Catatan Hsuen-Tsang

Dalam recordnya Si-yu-ki mengatakan bahwa munculnya aliran dalam Buddhisme setelah adanya konsili I. Ia mengatakan bahwa para bhikkhu yang tidak mengikuti konsili pertama, mengadakan konsili sendiri. Seratus ribu bhikkhu yang tidak terlibat dalam konsili pertama mengadakan konsili tersendiri dan membentuk kelompok tersendiri. Jadi menurut catatan Hsuan-Tsang munculnya aliran dalam Buddhisme adalah setelah konsili pertama, yaitu para bhikkhu yang mengikuti konsili pertama membentuk kelompok sendiri dan para bhikkhu yang tidak terlibat dalam konsili pertama juga membentuk kelompok sendiri.

· Literatur Tibet oleh Bhavya dalam bukunya Kayabhe trovibhanga.

1. Bhavya mengatakan bahwa munculnya aliran dalam Buddhisme sekitar 100 tahun setelah Sang Buddha Parinibbana, yaitu pada saat raja Asoka memerintah di Kusumapura. Pada saat itu terjadi agama Buddha pecah menjadi dua aliran yaitu aliran Sthaviravada dan aliran Mahasangika, akan tetapi tidak diketahui secara rinci penjelasan selanjutnya. Kemudian sekitar 137 tahun Sang Buddha parinibbana. Pada waktu itu ada dua raja yaitu raja Nanda dan raja Mahapadma yang mengadakan konsili di Pataliputta. Konsili tersebut banyak menyelesaikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan yang diungkapkan oleh Naga, Stiramati, Bahu Srutiya, berkenaan dengan 5 hal yang dianggap sesuai dengan Dhamma. Kelima hal tersebut adalah:

a. Arahat masih ada nafsu

b. Arahat masih mempunyai avijja

c. Arahat masih dapat memiliki keragu-raguan

d. Arahat dapat mencapai Nibbana melalui bantuan orang lain

e. Seseorang saat bermeditasi dapat memunculkan kata-kata tertentu dapat mencapai kondisi Sotapanna, sakadagami, anagami, dll.

Para bhikkhu yang tidak menyetujui hal tersebut kemudian membentuk aliran yang disebut dengan Sthaviravada, sedangkan para bhikkhu yang menyetujui hal tersebut membentuk kelompok dengan nama Mahasangika.

2. Dalam Mahavibhasa Sastra dikatakan bahwa pada saat itu seorang brahmana yang melakukan tika anantariya kamma pergi ke pataliputta dan di-upasampada dengan nama Mahadeva. Beliau mengaku sebagai seorang arahat dan ia mengemukakan tentang 5 hal yang berkaitan dengan seorang arahat yang dianggap sesuai dengan Dhamma. Kemudian untuk membuktikan apakah ia seorang arahat raja menyuruh semua bhikkhu untuk naik ke perahu. Kemudian dikatakan bahwa perahu bocor sehingga para Arahat yang asli kemudian pergi ke Kasmir membentuk aliran Sthaviravada, sedangkan para bhikkhu yang selamat membentuk kelompok sendiri dengan nama Mahasangika di Pataliputta. Menurut catatan Hsuen-Tsang dikatakan bahwa setelah 100 tahun Sang Buddha meninggal terjadi peristiwa seperti yang tertuang dalam Mahavibhasa sastra, akan tetapi hal tersebut bukan merupakan faktor pecahnya aliran dalan Buddhisme.

· History of Buddhisme in India and Tibet by Bu-Ston

1. Dikatakan bahwa aliran dalam Buddhisme muncul setelah 160 tahun Sang Buddha parinibbana. Pada saat itu raja Asoka memerintah di Kusuma Vistara. Hal tersebut di karenakan perbedaan bahasa yang digunakan. Terdapat empat bahasa yang digunakan pada saat itu. Bahasa tersebut, yaitu bahasa Sanskerta, bahasa Trakit, bahasa Apabramsa, dan bahasa Paisachi yang mirip dengan bahasa pali. Perbedaan bahasa tersebut mengakibatkan perbedaan pemahaman terhadap Dhamma. Sehingga memunculkan aliran dalam Buddhisme.

2. Vasumitra

Mengatakan bahwa pecahya aliran dalam Buddhisme dikarenakan adanya lima hal yang dianggap sesuai dengan Dhamma, yaitu:

  1. Arahat masih mempunyai nafsu
  2. Arahat masih mempunyai kebodohan
  3. Arahat masih mempunyai keragu-raguan
  4. Arahat dapat mencapai Nibbana karena bantuan orang lain
  5. Seseorang saat bermeditasi dapat memunculkan kata-kata tertentu dapat mencapai kondisi Sotapanna, sakadagami, anagami, dll.

Kelompok yang tidak menyetujui hal tersebut kemudian membentuk kelompok sendiri yaitu Sthaviravada, sedangkan kelompok yang setuju dengan kelima hal tersebut membentuk kelompok tersendiri yang disebut dengan Mahasangika.

III. KESIMPULAN

Setelah memahami penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pecahnya aliran atau munculnya aliran dalam Buddhisme tidak dapat diketahui secara pasti, melainkan melalui proses yang sudah ada sejak awal. Hal tersebut dapat diketahui bahwa banyak pandangan yang menyebutkan sejarah munculnya aliran dalam Buddhisme antara lain, menurut pandangan Theravada dalam kitab Dipavamsa dan kitab mahavamsa, menurut catatan Hsuen-Tsang, Literatur Tibet oleh Bhavya dalam bukunya Kayabhe trovibhanga terdapat tiga versi menculnya aliran dalam Buddhisme, yaitu sekitar 100 tahun setelah Sang Buddha parinibbana, sekitar 137 tahun setelah Sang Buddha parinibbana, dan yang terdapat dalam Mahavibhasa sastra, History of Buddhisme in India and Tibet by Bu-Ston. Perpecahan aliran menurut Bu-ston pecahnya aliran sekitar 160 tahun setelah Sang Buddha parinibbana dan juga menyebutkan bahwa pecahnya aliran menurut Vasumitra. Hal tersebut menunjukkan bahwa munculnya aliran dalam Buddhisme sebenarnya tidak dapat diketahui secara pasti. Menurut beberapa pandangan tersebut juga dapat diambil kesimpulan bahwa pecahnya aliran dala Buddhisme dikarenakan perbedaan interpretasi terhadap Dhamma.

Referensi:

ü Rashid, Teja S. M. 1997. Sila dan Vinaya. Jakarta: Penerbit Buddhis BODHI

ü Priastana, Jo. 1999. Pokok-Pokok Dasar Mahayana. Jakarta: Yasodhara Puteri

1 komentar: